Kritisisme merupakan filsafat yang terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio sebelum melakukan pencarian kebenaran. Tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Filsafatnya dikenal dengan Idealisme Transendental atau Filsafat Kritisisme. Menurutnya, pengetahuan manusia merupakan sintesa antara apa yang secara apriori sudah ada dalam kesadaran dan pikiran dengan impresi yang diperoleh dari pengalaman (aposteriori).
Filsafat kritisisme adalah faham yang mengkritik terhadap faham Rasionalisme dan faham Empirisme. Yang mana kedua faham tersebut berlawanan. Faham Rasionalisme adalah faham yang beranggapan bahwa dasar semua pengetahuan itu ada dalam pikiran (berasal dari rasio/ akal). Faham ini depelopori oleh Rene Descartos (1596-1650). Faham Empirisme adalah faham yang beranggapan bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia itu berasal dari indra (pengalaman) kita. Faham ini di pelopori oleh David Hume (1711-1776)
Rene Descartes dalam buku Discaurse De La Methode tahun 1637. Ia menegaskan perlunya ada methode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan. Yaitu dengan menyangsikan segalanya secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti ada dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Discourse menerima 3 realitas atau substansi bawaan yang sudah ada sejak lahir, yaitu:
1. Relitas pikiran (res logitan)
2. Realitas perluasan (res extebsa “extebtion”)
3. Tuhan (sebagai wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu)
Pikiran adalah sesungguhnya kesadaran. Tidak mengambil ruang dan tidak dapat di bagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Materi adalah keluasan mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi dan tak memilki kesadaran.
David Hume mencermati 2 hal yaitu substansi dan kausalitas. Hume tidak meneria substansi sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersam-sama. Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah hasil pengindraan langsung sebab gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan seperti itu. Misal ku alami kesan: putih, licin, ringan, tipis. Atas dasar pengalaman itu tidak dapat disimpulkan bahwa ada substansi tetap yang misalnya disebut kertas memiliki ciri-ciri tadi. Bahwa di dunia ada relitas kertas. Diterima oleh Hume, namun, dari kesan itu mengapa muncul gagasan kertas dan bukan yang lainnya? Bagi Hume aku tidak lain hanyalah “a bundle or collction of perception” (kesadaran tertentu).
Kausalitas adalah jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya. Misal: batu yang disinari matahati menjadi panas. Kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman. Karena, pengalaman itu hanya memberi kita urutan gejala tetapi tidak memperlihatkan kepada kita urutan sebab akibat
Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari “probable” (berpeluang). Maka, Hume menolak kausalitas sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, namun, hanya dalam gagasan kita.
Dengan kritisisme Immanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas 2 pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan itu benar separuh dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indra kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia “itu sendiri” (das ding on sich) namun hanya dunia itu seperti tampak “bagiku” atau “bagi semua orang.”
Namun menurut Kant ada 2 unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahiriyah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indra kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan.
Demikian kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat membuat suatu sintesis dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar